1. Kota Dingin
Kabupaten Wonosobo adalah kota kecil dengan suhu yang dingin, jangan harap para pengusaha AC bisa berinvestasi besar-besaran di kota ini, karena hanya beberapa bangunan saja yang menggunakan AC. Bahkan untuk hotel sekalipun, jarang sekali menyediakan fasilitas AC kecuali di dalam ruang pertemuan. Bagi siapapun yang ingin berkunjung ke Wonosobo, mutlak hukumnya untuk membawa jaket tebal dan selimut, dan jika ingin mengunjungi kawasan Dieng ada baiknya untuk menggunakan topi yang menutupi telinga untuk mengurangi resiko kedinginan.
Di
Kota penghasil Carica dan Purwaceng ini terdapat 15 kecamatan, dan
uniknya hampir tiap kecamatan memiliki logat bahasa yang berbeda-beda,
hal ini mungkin terjadi karena Kabupaten Wonosobo berbatasan dengan
Kabupaten Banjarnegara yang mayoritas warganya berbahasa jawa ngapak dan
Kabupaten Purworejo, Temanggung yang menggunakan Bahasa Jawa Pakem.
Contoh
di kecamatan Mojotengah, beberapa masyarakan menggunakan penegasan kata
‘li’ “Omahe tunggoni li” hal ini berbeda dengan beberapa masyarakat di
kecamatan Wonosobo dan Kertek, yang menggunakan penegasan ‘kak’ “Omahe
tunggoni kak” sedikit berbeda namun artinya sama yaitu “Rumahnya
ditungguin sih”.
Kiranya seperti itu dan masih banyak aksen bahasa yang lain.
Hal
ini tentunya menjadi peringatan tersendiri bagi para pengendara
kendaraan bermotor dari luar daerah, beberapa kali saya melihat
pengendara Sepeda Motor Plat KB, AB, B dan berbagai plat yag lainnya
menerobos tanda larangan ini, jadi berhati-hatilah dalam berkendara.
Jika masih ragu tidak ada salahnya untuk mengitari kota Wonosobo dengan
kawan yang sudah dikenal baik.
Jalan Ahamad Yani Wonosobo |
4. Lajur Jalan yang Kecil
Karena
kota kecil, di Kabupaten Wonosobo juga jarang ada jalan lebar yang
terdiri dari 4 jalur, 4 jalur ini hanya bisa di temui di Jalan Banyumas,
dan selain itu jalan raya di pusat kota juga kecil, bahkan sebagian
jalan sudah menjadi lahan parkir.
Bunderan Sapen |
5. Makanan Murah
Bagi
siapapun anda yang gemar mencicipi makanan street food, tidak ada
salahnya untuk mengunjungi Alun-alun, menikmati Mie Ongklok dan Tempe
Kemul di bawah pohon yang rimbun sembari melihat para pemuda-pemudi
memadu kasih (apasih :p).
Di
Jogja dan berbagai kota Besar lainnya, mencari makanan di Jam 10-11
adalah hal yang wajar, namun di Kota ini, adalah sesuatu yang patut
dipertanyakan, karena Wonosobo adalah kota Dingin, maka jarang sekali
ada keramaian di malam hari, kalaupun ada itupun
Wonosobo
bukanlah kota dengan kicauan twitter yang santer seperti di kota
Bandung, padahal mayoritas pelajar di Wonosobo sudah memiliki smartphone
yang pastinya bisa mengakses akun Twitter, pamor Twitter masih kalah
dengan facebook dan BBM (Follow Twitter : @wonosobozone_ dan Instahram: @wonosobozone).
8. Alun-Alun adalah Pusat Berbagai Hal
Hal ini karena
alun-alun Wonosobo berdekatan dengan pusat kota dan menjadi jantung
kota. Disini cocok buat olahraga, jualan siomay, pertunjukan seni,
upacara 17 Agustus sampai menjadi tempat untuk saling memadu kasihpun
juga berada disini, entah sudah berapa banyak cinta yang tumbuh dan
cinta yang kandas di area public ini, dan tidak sedikit komunitas juga
menjadikan alun-alun sebagai tempat untuk ajang kumpul bersama.
Ada rasa
semacam prestise tersendiri ketika para pemuda / pelajar di Kota
Pegunungan ini memiliki sebuah helm yang tertempel stiker distro
tertentu, hal ini menunjukkan sebuah kebanggaan pribadi dan sebuah
identitas tentang fashion dan gaya hidup yang dianggap keren, jadi untuk
para investor yang berminat untuk berinvestasi di Kota ini, salah satu
cara promosi gratis adalah dengan membagikan stiker dengan desain yang
keren. Jadi beberapa pemuda di Wonosobo memiliki mindset bahwa semakin
banyak stiker di helm, maka helmnya semakin kece. Dan ini berlaku untuk
barang-barang lain, seperti gitar, lemari dll.
10. Seringnya Razia Kendaraan Bermotor
Hal ini sering
terjadi namun hanya di tengah perkotaan saja, kalau di daerah pelosok
sih jelas jarang (yaiyalah :p), dan pada saat tulisan ini ditulispun
saya juga habis kena tilang oleh seseorang yang berseragam itulah, maaf
gak enak nyebut profesi (maaf ya pak pulisi), meskipun kita sudah punya
SIM STNK dan kelengkapan kendaraan yang komplit, razia kendaraan
bermotor itu selalu bikin deg-degan, seakan kita lupa untuk membawa
kelengkapan dokumen kendaraan, nah kali ini saya ingin membocorkan
tempat-tempat mana saja yang sering terjadi Razia.
a. Jalan Banyumas, jalan ini adalah jalan protokol yang menghubungkan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara.
b.
Jalan Pasukan Ronggolawe, tepatnya di Wisma PJKA yang berseberangan
dengan Rumah Sakit ADINA, kalau dari arah UNSIQ ingin menuju ke Pusat
Kota dengan Aman, alangkah lebih indah jika melewati jalan di Desa
Kejiwan, meski jalannya agak berlubang, namun pemandangan Pria
Berseragam itu sangatlah kecil kemungkinannya.
c. Jl Prajuritan / Sirandu, tepatnya di dekat Kantor KPU.
d. Terminal Mendolo
d. Terminal Mendolo
Jika terpaksa
kena tilang, ya sudah mending ikut sidang saja, jika terkena denda,
jangan sekali-sekali memberikannya kepada para Pria Berseragam, titipkan
saja Uangnya kepada petugas yang ada di Pengadilan, agar uangnya masuk
ke kas Negara, dan secara tidak langsung, dengan kita melanggar
peraturan lalu lintas, maka kita juga telah membangun Negara, dengan
cara membayar denda yang sudah ditentukan.
![]() |
Polres Wonosobo razia motor di jalan ronggolawe. |